fbpx

Yuk Kenal Lahan Sub Optimal (Lahan Marginal)

Lahan sub optimal (marginal) adalah suatu lahan yang secara alami mempunyai satu atau lebih kendala sehingga butuh upaya ekstra agar dapat dijadikan lahan budidaya yang produktif untuk tanaman, ternak, atau ikan (Lakitan et.al, 2013). Dibalik kendala yang ada, lahan sub optimal berpotensi untuk dikelola menjadi budidaya lahan pertanian, baik untuk tanaman pangan, hortikultur, maupun perkebunan.

Kementerian Pertanian (2013) cit. Lakitan et.al. (2013) menaksir bahwa luas lahan sub optimal di Indonesia yang sesuai untuk pertanian mencapai 91,9 juta hektar, dimana yang terluas adalah agroekosistem lahan kering masam yang mencapai 62,6 juta hektar (68,1%). Selanjutnya, agroekosistem rawa pasang surut seluas 9,3 juta hektar (10,1%), lahan kering iklim kering seluas 7,8 juta hektar (8,5%), rawa lebak seluas 7,5 juta hektar (8,2%), dan lahan gambut seluas 4,7 juta hektar (5,1%).

Lahan kering masam memiliki permasalahan pada kondisi pH tanah yang terlalu masam dan keterbatasan air saat musim kemarau. Kedua, lahan kering iklim kering memiliki permasalahan ketersediaan air yang sangat minim akibat curah hujan rendah. Ketiga, lahan rawa lebak memiliki permasalah dengan kondisi lahan yang senantiasa tergenang dengan berbagai kedalaman air. Keempat, lahan gambut yang memiliki kondisi lahan tersusun atas bahan organik yang memiliki berbagai permasalahan.

Ada apa dengan lahan rawa?

Terakhir Lahan rawa pasang surut memiliki permasalahan dengan adanya lapisan pirit yang mampu menyebabkan kemasaman ekstrim pada lahan, bergambut, dan salinitas tanah. Selain aspek fisik lahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, permasalahan non fisik seperti rendahnya minat dan kemampuan enterpreneurship petani, lemahnya sistem kelembagaan untuk memfasilitasi dan melindungi usahatani masyarakat, serta aplikasi teknologi yang rendah akibat faktor finansial (Gofar, 2013) juga turut mempengaruhi rendahnya penggunaan lahan sub optimal di Indonesia.

Dari seluruh agroekosistem yang ada, lahan rawa dipandang sebagai lahan alternatif untuk pengembangan pertanian yangmana mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan agroekosistem lainnya seperti lahan kering atau tadah hujan. Keunggulan lahan rawa antara lain (Nursyamsi et.al, 2012):

(1) ketersediaan lahan cukup luas,
(2) sumber daya air melimpah,
(3) topografi relatif datar,
(4) akses ke lahan dapat melalui sungai maupun jalan darat,
(5) lebih tahan deraan iklim,
(6) rentang panen panjang, khususnya padi (karena dapat mengisi masa paceklik di daerah bukan rawa),
(7) keanekaragaman hayati dan sumber plasma nutfah cukup kaya, dan
(8) mempunyai potensi warisan budaya dan kearifan lokal mendukung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *