Your basket is currently empty!
Histosols (Histo = Jaringan; tanah gambut) merupakan tanah yang kaya bahan organik, terdiri dari bahan saprik (matang), hemik (tengahan), atau fibrik (mentah), tergantung tingkat dekomposisinya. Tanah ini berkembang dari bahan tanah organik setebal 40 cm atau lebih, biasanya jenuh air selama 30 hari atau lebih dalam setahun pada tahun-tahun normal (kecuali telah didrainase). Berat jenis tanah dalam keadaan lembab tergolong rendah (0.1g/cm atau lebih).
Tanah ini umumnya terdapat di daerah rawa dan lebih dikenal sebagai tanah gambut. Gambut yang tipis biasanya berupa gambut topogen dan bersifat subur (eutropik). Tanah gambut yang terlalu tebal biasanya berbentuk kubah (dome), bersifat masam, dan sangat miskin hara (terutama hara mikro). Apabila telah didrainase, tanah ini mengalami subsiden dan termineralisasi secara cepat. Apabila drainase berlebihan, tanah menjadi kering tak balik, mudah terbakar, dan peka erosi.
Di Indonesia sebagian besar Histosols terdapat di pantai timur P. Sumatera, pantai selatan P. Kalimantan, dan pantaiselatan Papua yang mempunyai ketebalan dan tingkat dekomposisi bervariasi. Tanah dengan tingkat dekomposisi tinggi dan kaya bahan mineral kualitas dan potensinnya baik. Tidak demikian pada gambut yang tebal, mengadung pirit atau substratumnya berupa pasir kuarsa. Berdasarkan tingkat dekomposisinya, Histosols dibedakan menjadi Fibrists, Hemists, dan Saprists yang menurunkan grup berikut:
Haplofibrists
Tanah berkembang dari bahan tanah organik yang tergolong fibrik dengan ketebalan bervariasi. Bahan tanah fibrik umumnya lebih tebal dibandingkan dengan bahan tanah organik yang lain. Tanah ini umumnya bersifat masam, miskin unsur hara, dan kapasitas melalukan air tergolong besar. Biasanya berpotensi rendah karena kandungan bahan mineral dan tingkat dekomposisinya rendah.
Sulfihemists
Tanah berkembang dari bahan tanah organik yang tergolong hemik dengan ketebalan dan berat jenis bervariasi. Bahan tanah hemik lebih tebal dibandingkan dengan bahan tanah organik yang lain dan memiliki bahan sulfidik yang mengandung pirit di dalam 100 cm dari permukaan tanah.
Haplohemists
Tanah berkembang dari bahan tanah organik setebal 40 cm atau lebih yang tergolong hemik dengan berat jenis, lembab, sebesar lebih dari 0.1g/cm. Bahan tanah hemik lebih tebal dibandingkan dengan bahan tanah organik yang lain dan batas atas bahan tanah organik bagian bawah di dalam tier bawah.
Haplosaprists
Tanah berkembang dari bahan tanah organik setebal 40 cm atau lebih yang tergolong saprik dengan berat jenis, lembab, sebesar lebih dari 0.1g/cm. Bahan tanah saprik lebih tebal dibandingkan dengan bahan tanah organik yang lain dan batas atas bahan tanah organik bagian tier bawah di dalam tier bawah.
Sumber: Pengantar Peta Sumberdaya Tanah Eksplorasi – Pusat Penelitian Tanah & Agroklimat, 2000.
Leave a Reply