Your basket is currently empty!
Ultisols (ultimate soil) merupakan tanah yang mempunyai horison argilik atau kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm atau lebih di bawah batas atas horison argilik atau kandik. Tanah ini telah mengalami pelapukan lanjut dan terjadi translokasi klei pada bahan induk yang umumnya terdiri dari bahan kaya aluminium-silika dengan iklim basah.
Sifat- sifat utamanya mencerminkan kondisi telah mengalami pencucian intensif, diantaranya: miskin unsur hara N, P, dan K, sangat masam sampai masam, miskin bahan organik, lapisan bawah kaya aluminium (Al), dan peka terhadap erosi.
Potensi ultisols dapat bervariasi dari rendah sampai sedang dan biasanya digunakan untuk tanaman keras. Penyebarannya terutama di dataran Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Pada tingkat subordo dijumpai Humults, Udults, dan Ustults yang masing-masing menurunkan grup yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Plinthaquults
Tanah yang mempunyai kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (atau telah didrainase), pada satu horison atau lebih didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, dan mempunyai gejala redoksimorfik pada semua lapisan di antara kedalaman 25 cm dan 40 cm dari permukaan tanah mineral. Satu horison atau lebih di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral, mengandung plintit baik yang berupa fase kontinyu atau menyusun setengah volumenya atau lebih.
Palehumults
Tanah yang mempunyai horison argilik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison kandik. Di dalam 15 cm bagian atas horison argilik mengandung karbon organik sebesar 0,9 persen (berdasarkan rata-rata tertimbang) atau lebih dan di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak mempunyai penurunan klei sebesar 20 persen atau lebih (secara relatif).
Haplohumults
Tanah yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison kandik. Di dalam 15 cm bagian atas horison kandik mengandung karbon organik sebesar 0,9 persen (berdasarkan rata-rata tertimbang) atau lebih.
Plinthudults
Tanah yang mempunyai horison argilik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison argilik. Tanah ini mengandung plintit baik yang berupa fase kontinyu atau menyusun setengah volumenya atau lebih didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral.
Kandiudults
Tanah yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison kandik. Di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak mempunyai penurunan klei sebesar 20 persen atau lebih (secara relatif) dari kandungan klei maksimum. Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong udik.
Kanhapludults
Tanah yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison kandik. Di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral mempunyai penurunan klei sebesar 20 persen atau lebih (secara relatif) dari kandungan klei maksimum. Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong udik.
Paleudults
Tanah yang mempunyai horison argilik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison argilik. Di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak mempunyai penurunan klei sebesar 20 persen atau lebih (secara relatif) dari kandungan klei maksimum. Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong udik.
Hapludults
Tanah yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm dibawah batas atas horison kandik.Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong udik.
Haplustults
Tanah yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison kandik. Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong ustik.
Sumber: Pengantar Peta Sumberdaya Tanah Eksplorasi – Pusat Penelitian Tanah & Agroklimat, 2000.
Leave a Reply